Selasa, 28 Desember 2010

Dingin

kau yang hadir tapi tak mampir. dingin tak lelah mengiris seluruh bisikanku menjadi sesaji. napasku adalah dupa yang dibakar waktu. semuanya telah mengelupas. usia. selubung kegelisahan yang membawaku pada terang dan gelap. menuntun dan menjerumuskan. namun kufahami hakikat cinta, justru pada lorong-lorong yang menyeretku jauh darimu. jarak mengajarkan getar yang terus tumbuh ketika dibunuh. bahwa cahaya tak dapat ditebas. bahwa aku tak bisa lepas. kecuali cemas.

hampir kau mampir. setelah sehutan namamu kutelusuri. pohon-pohon yang ditanam masasilam. daun-daunnya selalu gugur. seperti teriakanku yang kembali sebagai kesunyian. dilumat tanah. maka kutanam pohon baru dari biji pengembaraan. kupanggil seluruh namamu. dengan diam dan tanpa suara. tiba-tiba namamu terdengar berulangkali di udara. memijar. begitu mirip dengan namaku. ah, kau memang selalu hadir. selalu hampir. dan aku semakin dingin. semakin ingin.

2010

5 komentar: