Selasa, 16 November 2010

Hujan di Bandung

hujan menjelma bahasa yang tak terungkap antara kita, sayang. sebuah mesjid mungil berwarna merah. petigaan yang basah. patung yang gigil. kita terus berjalan menumpahkan rahasia sepanjang trotoar. di kotamu seperti juga di tubuhmu, aku selalu tersesat. namun matamu kini menuntunku mengakrabi setiap arah. aku meraba semuanya dengan perasaan yang baru. barangkali kau telah mengirim seluruh peta cinta lewat hujan yang semakin deras. alun-alun dan toko minuman keras, kita melewatinya khusyuk. kuyup di sebuah jalan, aku mengingat lorong di tubuhmu. mengingat hujan yang tersimpan dalam tubuh masing-masing. Hujan menjelma bahasa yang tak terungkap antara kita, sayang.

2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar