Kamis, 18 November 2010

Kau

1

kau menyelinap dalam cuaca. rintik gerimis di daun, adalah jejakmu yang seperti ingin dibaca sebagai rindu. sedang abu kayu bakar adalah jejakmu yang lain, seringkali diam-diam kutafsirkan sebagai cinta. tapi aku tak tahu apa-apa tentangmu, selain napasmu yang kuhirup dalam setiap cuaca.

kau menyelinap dalam usia, sayang, detik menyimpan ledakan kasihsayang.

2

terang dan gelap adalah wajah yang kau tampakkan, masih juga aku mencari wajahmu yang lain. kau selalu terjaga, tetap saja kuburu tidurmu. setiap kali kuusap wajahku, setiapkali aku terkejut dan surut.

3

barangkali tak akan pernah dapat kutemui kau di luar sana. barangkali kau tak pernah kemana-mana. ah, dunia seperti khayalan yang lekas sirna. sedang kau abadi di sini, sembunyi dalam diri.

4

serbuk hujan dan kabut turun, angin dingin dan siang kehilangan langit. bukit samar dan bayang pohon, jalan setapak dan arah basah. kau melukis musim sepanjang urat nadi kesunyian.

5

seringkali aku letih dan ingin berpaling, memekik dan mencaci, saat aku susuri garis-garis perjalanan di sehampar telapak tanganmu. sementara kau tak pernah lelah mengalir dalam urat-urat darahku, terjun dalam arus sungai dan menyentuh seluruh batu dan kerikil, mewarnai sisik ikan dan menciumi getar sirip mereka yang riang sekaligus cemas. kau mengasuh akar-akar dan bertapa di muara, lalu terus saja bersenandung di laut hidupku. hidupku yang tanpa batas dan tak dapat ditampung oleh peta manapun.

seringkali aku menangis dan kulihat kau berlinang di setiap tetes airmataku.



2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar