Selasa, 16 November 2010

Kota Kecemburuan

bukan lampu-lampu, atau kekumuhan yang membuatku memaksakan diri mencintaimu. tubuhmu yang mulus menyembunyikan duri, namun pada matamu aku berguru keangkuhan yang digilai para anak muda, dan pada mulutmu aku belajar keliaran yang dipuja orang-orang tua. setiap orang adalah penyair di sini. puisi tumbuh dimana-mana. di hotel, gedung tua, kampus, kebon binatang, dan jalan-jalan. kata-kata menjelma kemacetan. riuh, penuh dan tak mau menunggu.

bukan candu, atau kemabukan yang membuatku membangun rindu padamu. kecemburuan telah menyulut birahi. kau bisa menjelma apa saja. Artis cantik, toko minuman keras, tong sampah, stadion sepakbola, panggung hiburan, ring tinju. bahkan anjing. aku menciumi setiap lekuk arsitektur tubuhmu, menumpahkan sperma di setiap lorong-lorongmu. aku menyetubuhimu tak henti-henti. hingga aku tahu seberapa luas luka yang yang kau sulap sebagai taman mawar. hingga aku tahu seberapa dalam luka yang terhimpit ketiak jaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar